Rabu, 10 Oktober 2018

Belajar Bijak lewat Perspektif Systemic Functional Linguistics (SFL) mengenai Bahasa

Setelah membaca tulisan saudara Aries Utomo, S.Pd., dalam http://www.merahbirunews.com/sfl-sebagai-sebuah-teori-pendekatan-bahasa-untuk-pengajaran-dan-penelitian-bahasa-8002.html saya terinspirasi untuk turut berbagi apa yang saya dapatkan mengenai SFL, meskipun hanya sekadarnya saja mengingat keterbatasan pengetahuan saya tentang bidang ini.
Systemic Functional Linguistics adalah ilmu mengenai bahasa (linguistik) yang juga umum disebut dengan Functional Grammar. Ilmu ini berbeda dari grammar-grammar terdahulu yang jamak menganggap bahasa sebagai serangkaian aturan-aturan bentuk. Ilmu ini memandang bahasa dengan perspektif yang lebih luas. Bahasa dipandang sebagai resources for making meaning (segala sesuatu yang memungkinkan kita untuk bisa berkomunikasi).
Grammar besutan M.A.K. Halliday dari Australia ini mengajarkan bahwa tiga metafungsi bahasa (metafunctions) yang meliputi ideational meanings (:bahasa menjadi alat penyampai ide), interpersonal meanings (bahasa sebagai alat penyambung hubungan antarmanusia)dan textual meanings (bahasa memiliki organisasi ide yang signifikan, serta memiliki medium lisan dan tulisan untuk penyampaian pesan).
Dalam ideational meanings, bahasa berperan sebagai penyampai ide (yaitu, apa inti yang seseorang bicarakan, diskusikan, usulkan, tanyakan, dan lain-lain). Jadi, dalam metafungsi yang pertama ini, bahasa yang kita gunakan sehari-hari tentu memiliki ide atau pokok bahasan. Di dalamnya, lebih spesifik kita bisa meninjau pilihan kata yang digunakan atau fitur bahasa lainnya.
Metafungsi yang kedua adalah interpersonal meanings. Dari istilahnya saja kita mungkin boleh mengira-ngira, interpersonal berarti hubungan antarindividu, antarmanusia. Dan, perkiraan Anda benar. Dalam metafungsi ini, fokus utama yang dibahas adalah fungsi bahasa sebagai alat untuk menjembatani hubungan antarmanusia. Kita dapat menganalisis seberapa dekat hubungan seseorang dengan lawan bicaranya hanya dengan menganalisis bahasa yang dipakai dengan menggunakan ‘alat’ ini. Alhasil, kita tidak dapat men-judgebahwa ungkapan ‘gila kau!’, misalnya, sebagai ungkapan yang sarkastik atau kasar jika ungkapan tersebut diucapkan oleh sahabat dekat yang sedang bercanda. Maka, dalam metafungsi ini, participants of the discourse, biasa disebut dengan tenor, atau orang-orang yang terlibat dalam penggunaan bahasa sangat berpengaruh terhadap jalannya komunikasi. Kita dapat melihat bahwa bahasa bukan lagi melulu soal pilihan kata dan aturan strukturnya, tapi juga mengenai siapa penggunanya.
Metafungsi yang ketiga adalah textual meanings (makna tekstual), mengacu pada bagaimana pesan disampaikan. Hal ini dapat dilihat dari organisasi atau susunan dari sebuah informasi yanng disampaikan, dan apakah informasi itu disampaikan dalam medium lisan atau tulisan. Sepanjang yang saya baru tahu, cara kita meletakkan kata—apakah kita menempatkannya di awal atau di akhir—sangatlah berpengaruh. Misalnya, kita mengungkapkan ‘kemarin dia melamarku’. Ungkapan tersebut akan memiliki sense yang berbeda apabila kita menyusunnya ‘dia melamarku kemarin’. Dalam analisis textual meanings, informasi yang pokok disebut dengan theme(fokus pembicaraan). Sehingga, dalam ungkapan yang pertama ‘kemarin dia melamarku’, informasi yang ditekankan oleh pembicara adalah ‘kemarin’, waktu ketika aktor ‘dia’ melakukan tindakan ‘melamar’ terhadap ‘ku’. Makna atau sense yang terkandung akan jadi berbeda jika diungkapkan ‘dia melamarku kemarin’. Dalam ungkapan ini, si penutur hendak menekankan bahwa si aktor ‘dia’ melakukan tindakan ‘melamar’ terhadap ‘ku’ (si penutur) di waktu yang spesifik ‘kemarin’.
Aspek kedua dalam metafungsi ini adalah medium yang digunakan. Medium yang bisa digunakan seseorang untuk menulis bisa dalam bentuk lisan atau pun tulisan. Bentuk lisan dan tulisan sangat berpengaruh sekali terhadap fitur bahasa yang dipakai. Bahasa lisan cenderung lebih informal, tidak menganut tata bahasa yang baku, dan mengandung fitur-fitur tertentu yang tidak dimiliki oleh bahasa tulis seperti ungkapan, ‘mmmm...,’ ‘eh’, ‘oh’, dan lain sebagainya. Di sisi lain, bahasa tulis jika dibawakan dalam kehidupan sehari-hari, akan membuatnya formal, dan menurut hemat saya, mengambil jarak dari lawan bicara. Tentu saja fitur bahasa tulis tetap digunakan dalam konteks-konteks tertentu seperti dalam presentasi ilmiah dan sebagainya.
Dari pembahasa di atas, kita boleh menyimpulkan bahwa bahasa berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan gagasan (resources for making meaning). Kedua, bahasa memiliki tiga metafungsi, antara lain ideational meanings yang berfokus pada ide atau gagasan pokok komunikasi, interpersonal meanings yang berfokus pada hubungan antarpengguna bahasa (participants of discourse), dan textual meanings yang berfokus pada medium apa dan organisasi yang seperti apa bahasa itu digunakan. Pada akhirnya, kita perlu menelaah penggunaan bahasa secara komprehensif dan mendalam dalam kehidupan sehari-hari. Informasi yang kita dapatkan yang pastinya disampaikan dengan menggunakan bahasa tidak lah mudah kita telan mentah-mentah tanpa mencernanya. Systemic Functional Linguistics dengan metafunction-nya telah mengajarkan pada kita bahwa ada banyak aspek bahasa yang saling memengaruhi jalannya komunikasi, yang pada akhirnya akan menuntun kita pada penafsiran-penafsiran yang berbeda satu sama lain. Maka, jika kita kaitkan dengan kehidupan bersosial, bisa ditarik pelajaran bahwa tidak sepatutnya kita bersikap judgmental terhadap suatu fenomena penggunaan bahasa, mengingat banyaknya aspek untuk dipertimbangkan. Tidak lah bijak bagi kita untuk menghakimi orang lain hanya dari satu sudut pandang yang terlalu sempit.
(Sumber: Kompasiana)

Selasa, 03 April 2018

Menjadi Pengajar Kekikinian

Pada umumnya, sosok guru identik dengan penampilan rapi, kaku, dan disiplin ketat. Tak jarang pula profesi pahlawan tanpa tanda jasa ini dianggap membosankan. Bahkan, banyak juga anggapan bahwa guru cenderung membuat murid merasa segan, bahkan takut. Alhasil, jam istirahat dan pulang adalah yang paling dinanti karena suasana di kelas penuh ketegangan. Yuk ubah pandangan tersebut! Berikut ada 7 guru yang mempraktikkan metode pengajaran unik yang bisa dijadikan inspirasi. Simak yuk!
1. Membuat Peace Post Card
Saara Suaib Hanafi, seorang guru Bahasa Inggris di SMP Al-Azhar 9 Bekasi berhasil menciptakan metode mengajar unik dan inovatif. Metode tersebut disebut dengan Peace Post CardPeace Post Card adalah terobosan yang dilakukan Saara dalam dunia belajar di Indonesia. Setiap siswa diberikan kartu seperti kartu pos yang nantinya akan mereka tuliskan pesan perdamaian. Di sini, para siswa diajarkan untuk mampu menyampaikan pendapat. Kemudian hasilnya akan dipresentasikan dengan siswa di luar negeri melalui aplikasi Skype. Sungguh menarik sekali metode yang dibuat Saara ini.
Metode mengajar - Saara Suaib Hanafi di BarcelonaSaara Suaib Hanafi di Barcelona (Sumber: swa.co.id)
Berkat karya inovasi metode mengajar uniknya Saara juga berhasil mewakili Indonesia di Barcelona, Spanyol. Saara mengikuti Ajang Microsoft Global Education Forum pada Bulan Maret 2014. Di sana, Saara meraih juara learning tools yang dilombakan bersama 5 kelompok guru internasional lain. Saara sangat menyukai profesi guru karena dia berpikir bahwa hanya dengan menjadi guru dia bisa bermanfaat untuk orang lain. Dia ingin memberi inspirasi dari apapun bentuknya yang baik untuk para siswanya.
2. Simulasi Kesadaran Berkonstitusi
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) sering kali dianggap remeh. Siswa merasa kebingungan, untuk apa sih belajar PKN? Mereka cukup pusing dengan banyaknya hafalan. Menurut Rahayuningsih, seorang guru di SMK Muhammadiyah 4 Surakarta, metode mengajar secara konvensional pelajaran PKN ini malah membuat siswa bosan. Berawal dari permasalahan itu, guru yang biasa dipanggil Yayuk ini membuat metode mengajar unik, yaitu Simulasi Kesadaran Berkonstitusi.
Yayuk memberikan materi PKN yang berisi 37 pasal seperti bermain Monopoly. Namun, bedanya adalah kertas yang digunakan lebih besar ukurannya dan bisa ditempelkan pada papan tulis ukuran kecil. Siswa ada yang berperan sebagai fasilitator, narasumber, penonton, dan pemain. Hasilnya, siswa dapat menghafalkan isi kandungan pasal-pasal melalui kartu masalah dan kartu sanksi yang dibuat. Metode unik ini sudah diterapkan di sekolah tempatnya mengajar. Hebatnya, metode ini pun membawa dirinya menjadi Juara 1 Lomba Kreativitas Guru Tingkat Nasional pada tahun 2013.
3. Multimedia Interaktif
Di zaman digital seperti sekarang ini, cocok sekali menerapkan metode mengajar berbasis multimedia. Nura Uma Annisa, guru Taman Kanak-kanak (TK) Al Azhar 22, Semarang berhasil menerapkan multimedia pembelajaran interaktif. Nura menghasilkan karya animasinya sendiri. Mulai dari pembuatan materi melalui merekam suaranya sendiri, pembuatan video, sampai dengan pembentukan gambarnya.
Image result for SD ALHIKMAH
Guru SD Al Hikmah Surabaya

Menurutnya, merekam suara dan video secara real akan meningkatkan minat belajar anak-anak TK yang kebanyakan masih sulit membaca. Suaranya pun dibuat layaknya anak kecil. Jika mengambil suara lain, kadang masih seperti suara orang dewasa. Melihat gambar nyata dan menirukan suara anak-anak bisa membuat siswanya lebih memperhatikan dan mudah menyerap pelajaran. Nura berhasil meraih penghargaan Nasional Inovatif Teacher 2011 dan Microsoft Innovation Challenging Contexts Asia Pasific Forum 2012, New Zealand.
4. Alat Peraga Matematika
Matematika acapkali menjadi pelajaran yang ditakuti para siswa. Namun, Juli Eko Sarwono berhasil mengubah metode mengajarnya yang otoriter dan text book menjadi fun. Ia adalah seorang guru Matematika di SMP 19 Purworejo. Dulu, Juli menerapkan metode belajar yang membuat siswanya takut belajar mata pelajaran hitung-hitungan tersebut. Ia bahkan dikenal sebagai guru Matematika tergalak.
Akan tetapi, Juli mengubah itu semua. Semua sebutan galak yang diberikan siswa pada dirinya sirna. Ia menerapkan metode belajar yang cukup unik dengan alat peraga, misalnya motornya. Motor tersebut dimasukkan ke kelas hanya untuk sebagai contoh dalam materi tabung dan lingkaran. Niat banget ya? Tapi, cara ini tidak sia-sia dilakukan karena membuatnya masuk nominasi Liputan 6 Award 2013. Nilai para siswa di sekolahnya pun meningkat dengan penerapan metode tersebut.
5. Mengingat unsur kimia melalui lagu
Menghafal tabel periodik unsur yang dipenuhi huruf dan angka memang tidak mudah. Hal ini terkadang membuat siswa jadi keburu malas. Nah, untuk menyiasatinya, salah seorang guru di luar negeri membuat jembatan keledai untuk mempermudah siswanya dalam menghafal. Ia menggunakan lirik lagu Bad Romance milik Lady Gaga untuk menyusun tabel periodik unsur. Wah, kreatif sekali, bukan?
Metode mengajar - Rumus kimia yang dibuat seperti lagu lady gagaRumus kimia yang dibuat seperti lagu lady gaga. (Sumber: humor.atresmedia.com)
Bagi para pengajar Kimia di Indonesia, cara mengajar unik ini patut dicoba lho. Malahan, kreativitas para pengajar pun akan terasah karena membuat jembatan keledai. Tidak ada salahnya untuk mengubah metode mengajar yang terlalu serius menjadi lebih fun. Itu semua dilakukan demi menumbuhkan kecintaan para siswa terhadap pelajaran Kimia.
6. Mengajar dengan Meme
metode mengajarMengajar dengan meme. (Sumber: cdns.com)
Apa yang terpikir oleh Anda mengenai meme? Pasti langsung teringat dengan 9gag atau 1cak. Biasanya, meme ini banyak digemari sebagai hiburan karena gambar dan kata-katanya yang membuat kita tertawa dan geleng kepala. Nah, ada seorang guru yang memanfaatkan meme ini untuk mengajar. Salah satunya contohnya yaitu gambar di atas, untuk menjelaskan sifat-sifat cairan, ia menggunakan meme kucing sebagai sarana.
7. Membuat Rumus di Tangan
Seorang dosen Kimia bernama Zoe Waller, Universitas East Angelia, Inggris menggunakan kulitnya untuk mengajar tentang obat-obatan dan rangkaian molekul. Kulitnya menderita kelainan yang disebut dermatographia.Ini merupakan kondisi di mana bila menggembung akan memunculkan ruam gatal pada kulit. Dermatographia terjadi saat sel di bawah permukaan kulit melepaskan senyawa kimia histamin, meski di bawah tekanan paling ringan. Akan tetapi, penyakit yang dideritanya justru membuat Zoe berinisiatif melakukan metode mengajar unik tersebut. Mahasiswanya harus mempelajari 100 jenis obat setiap hari. Ia pun akan menggambarkan obat baru yang akan dipelajari di kulitnya.
Akan tetapi, untuk metode mengajar satu ini, tidak semua guru bisa melakukannya. Alternatif yang bisa dilakukan jika ingin mengikuti metode unik tersebut bisa diganti dengan menempelkan kertas yang sudah di gambar rumus-rumus Kimia.
Itulah beberapa metode mengajar unik yang dilakukan oleh guru-guru di dunia. Mereka melakukan itu semua hanya agar para muridnya bisa menyukai dan tidak merasa bosan belajar. Metode mengajar unik seperti apa yang pernah Anda lakukan? Yuk berbagi di kolom komentar. Siapa tahu bisa jadi inspirasi bagi guru lain. Cheers

Kongres Bahasa "Mahasiswa Wajib Ikut"


Bahasa Indonesia merupakan bahasa pembentuk hati dan pikiran keindonesiaan, termasuk dalam bentuk kesusastraannya. Kehendak akan bersatu (le désir d'être ensemble dalam ungkapan Ernest Renan) sebagai syarat adanya bangsa telah disepakati pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam wujud bahasa persatuan. Elemen bahasa—bukan agama dan/atau ras—dipilih sebagai lambang kesatuan negara-bangsa Indonesia yang bermartabat.
Pluralisme dan multilingualisme bahasa di Indonesia perlu dikelola untuk kebutuhan pembangunan sosial, politik, dan ekonomi melalui pendidikan. Kebijakan yang memasukkan tiga jenis bahasa dalam pendidikan harus dapat meningkatkan peran bahasa-bahasa yang hidup di Indonesia. Bahasa Indonesia harus semakin mantap sebagai peneguh identitas bangsa dan penyatu keberagaman suku dan/atau ras di Indonesia. Bahasa daerah harus mampu membentuk generasi muda Indonesia yang sadar akan kebesaran tradisi dan budayanya. Sementara itu, bahasa asing harus mampu menyiapkan generasi muda Indonesia agar mampu bersaing di dunia internasional.
Saat ini bahasa Indonesia sedang berjuang untuk memantapkan perannya sebagai lambang identitas bangsa di tengah maraknya penggunaan bahasa asing di ruang publik.
Penegakan kejayaan identitas bangsa ini perlu dilakukan melalui penegakan peraturan kebahasaan sebagai upaya untuk mengendalikan penggunaan bahasa asing di ruang publik tanpa mengendurkan upaya untuk menguasai bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya sebagai strategi—selain sebagai sarana komunikasi—untuk memahami cara berpikir penutur bahasa itu.
Globalisasi juga telah membawa konsekuensi bangsa Indonesia berintegrasi dengan bangsa lain sehingga terbentuk sebuah masyarakat antarbangsa, seperti pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Integrasi antarbangsa itu diharapkan berdampak positif untuk menunjukkan kejayaan jati diri dan daya saing bangsa Indonesia. Untuk itu, pemanfaatan bahasa dan sastra sebagai ilmu strategi kebahasaan perlu dikembangkan dan diterapkan dalam bentuk diplomasi lunak dengan wawasan kebinekaan yang lebih luas untuk menjadikan bahasa dan sastra Indonesia setara secara internasional dengan bahasa dan sastra dari negara maju yang lain.
Sementara itu, yang tidak kalah penting kemajuan teknologi informasi telah berkembang begitu rupa sehingga berdampak pada cara bertindak dan bertutur yang sekaligus mencerminkan hati dan pikiran. Kehalusan hati dan pikiran—yang mestinya terungkap melalui sastra—telah mulai luntur. Hanya dengan mengetukkan jari atau jempol pada tombol gawai, sangat mudah seseorang menyebarkan kata-kata kasar, perkataan bohong, atau ungkapan yang bernilai rasa dan pikiran negatif. Untuk mengantisipasi kemungkinan retaknya kesatuan bangsa Indonesia sebagai akibat perkembangan zaman ini, bahasa dan sastra juga diharapkan menjadi landasan kekuatan kultural bangsa Indonesia untuk membangun karakter bangsa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada tahun 2018 akan menyelenggarakan Kongres Bahasa Indonesia XI (KBI XI). Kongres itu merupakan forum bagi para pecinta dan pemerhati bahasa dan sastra untuk membahas berbagai persoalan kebahasaan dan kesastraan yang dihadapi saat ini.
TUJUAN
KBI XI bertujuan untuk menjayakan negara-bangsa Indonesia melalui bahasa dan sastra Indonesia. Secara khusus, KBI XI membahas peluang dan tantangan dalam pengembangan, pembinaan, pelindungan, pemanfaatan, serta penegakan kebijakan bahasa dan sastra Indonesia untuk membawa negara-bangsa Indonesia berjaya pada era global ini.


Image result for kongres bahasa xi


Link: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/berita/2479/kongres-bahasa-indonesia-xi

Jumat, 09 Maret 2018

Oleh-oleh yg Tidak Ada Dalam Cerita ...



Jangan sampai telinga hatinya dengar
Nanti jiwanya sakit
Aku tak jadi pulang

Aku sudah terlalu banyak menyakiti perasaannya
Dengan rindu yang tak bisa kubikin reda
Hanya dengan memastikan bahwa aku akan ada

Kau tahu rindu
Perasaan paling liar dalam sejarah kalbu
Yang telah membuat kau menangis tersedu
Atau membuat kau geram sembari meruncingkan bambu
Ingin menghunusku yang tak jua sempatkan temu

Namun apakah jumpa mampu lepaskan dahaga jiwa?
Tidak, rindu adalah dehidrasi abadi
Hingga kembung pun kau masih ingin minum,

Cerita Berlanjut



  •    Setelah bergulat dg pekerjaan yang kadang menggemaskan. Akhirnya cerita dimulai, begitulah ... 

  • Bagian I. Awal Mula
    "Aku ingin bercerita...
    Bukan tentang harga es krim yang sudah bisa dijangkau
    Bukan pula tukang begal yang insyaf jadi pendekar
    Tapi, tentang kehidupanku sebagai manusia yang pernah sakit gigi"

       Begitu tulisan yang aku cetak di bukuku manakala tatapku sepi tak ada kawan. Ceritaku berawal dari kehidupan yang menurut banyak orang adalah manusiawi. Perkenalkan namaku ....... (maaf tokoh sedang disembunyikan hehe). Banyak orang memanggilku (....). Konon nama ini diberikan orantuaku yang sangat senang mengutak-atik bahasa. (....) adalah sosok dari berbagai sosok yang menghidupkan bahasa. Aku ini seperti drakula karena tidak menyukai bawang putih dan bawang merah. Ini muncul manakala ibuku selama mengandungku mendadak alergi ketika melihat dan membau dua benda tersebut. Ah, seharusnya ibuku dulu tidak menyukai orang jahat saja biar aku paham mana orang yang baik dan jahat. 
       Aku juga tidak begitu menyukai pedas dan memilih es krim sebagai jalan hidupku. Makhluk dari kalangan antartika yang memberiku senyum sendiri. Cerita kutulis entah dalam keadaan sedih atau bahagia, aku pun sendiri tak mengetahuinya.
       Terima kasih untuk orang-orang yang nanti ku sebutkan dalam ceritaku. Terima kasih untuk seorang perempuan yang terlihat sedih saat tersenyum kala hujan turun. Maaf, kita harus menjalani kisah yang berat. Semoga Tuhan melembutkan hatimu. Perempuan itu bernama .... (maaf namanya ngumpet, lagi sariawan katanya haha). Perempuan yang memiliki tempat sendiri di hidupku dan kisah ini. .... (next chapter)

    Tersangka,
    Whart

Minggu, 25 Februari 2018

Mungil



Mungil, Cita-Citaku Guru!

Kring....kring...kring.... Alarm jam berbunyi, tanda pukul 04.00 telah datang. Aku lalu bergegas merapikan tempat tidur dan mengambil air wudhu lalu beribadah. Tak lupa setelah itu aku membantu ibu, karena bagiku anak yang keren mau membantu ibu. Oh ya, perkenalkan namaku Kartika Bintari biasa dipanggil Mungil karena tubuhku mungil. Tubuhku yang kecil membuat teman-teman bermain memanggilku mungil. Saat ini aku kelas 5 SD dan bersekolah di SD Al Hikmah Surabaya. Aku suka sekali memakai dua kuncir rambut sampai teman-teman sering bilang kuncir rambutku seperti Tugu Monas di Jakarta. Minion, panggilan lain dari teman-teman karena mukaku yang bulat.  Kata teman-teman aku harus banyak makan biar tidak mungil lagi. Ah, padahal makanku kan sudah banyak.
“Ibu kenapa Tika berbadan mungil, apa Tika tidak bisa besar,” tanyaku kepada ibu sambil melihat senyum ibu. “Nak, Tuhan memberikan manusia kelebihan masing-masing. Jadi Tika harus selalu berdoa dan belajar ya,” jawab ibu sambil mengelus rambutku. Aku lalu melihat dengan raut muka sungguh-sungguh dan bertanya. “Kenapa harus berdoa dan belajar Bu, kan Tika maunya jadi besar?” balasku sambil membantu ibu membersihkan sayur. Ibu lagi-lagi tersenyum dan mnempelkan tomat segar ke pipiku “Ah Ibu, kan dingin,” sambil memasang muka cemberut.
“Anak ibu yang paling cantik jangan cemberut nanti jelek seperti nenek sihir lho. Nak, berdoa adalah kunci agar cita-cita kita dapat tercapai. Karena Tuhan akan mengabulkan usaha Tika jika disertai dosa,” balas ibuk sambil memisahkan sayur segar. Aku terdiam sejenak dengan wortel di tangan yang belum selesai aku bersihkan, “Lalu kenapa harus belajar Bu? Kalau berdoa saja Tika bisa menggapai cita-cita?” Lagi-lagi ibu tersenyum dan kali ini memegang kedua pundakku sambil menatapku “Putri ibu yang paling cantik, kenapa Tika harus belajar? Sekarang ibu bertanya jika Tika tidak belajar bagaimana nanti membagikan ilmu yang dimiliki? Semua harus belajar Nak agar tidak hanya pintar tapi juga bisa berbagi il.....?” suara ibu berhenti. “Mu....., ilmu ya Bu?” jawabku dengan tersenyum. “Betul sekali anak ibu yang paling cantik. Sudah, sekarang Tika mandi dulu biar ibu memasak di dapur. Terima kasih putri ibu yang paling mungil sudah membantu membersihkan sayur” jawab ibu sambil mencubit pipiku dan menuju tempat memasak. “Ah ibu,” balasku dengan manyun. Aku lantas bergegas mandi, karena hari ini adalah hari Senin. Hari di mana ada pelajaran bahasa Indonesia yang aku sukai.
Selesai mandi serta makan, kemudian aku bergegas pamit ayah dan ibu. Tentu tak lupa mencium tangan mereka. Aku berangkat dengan sepedaku warna merah muda, warna favoritku. Sepanjang jalan aku bernyanyi lagu Selamat Pagi sambil tersenyum kepada setiap orang yang aku jumpai. Aku selalu ingat pesan ayah untuk memberikan kebaikan sekecil apapun, misalnya tersenyum.  “Selamat pagi Pak Rian,” sapaku sambil tersenyum kepada penjual koran langganan ayahku. “Selamat pagi Nak Tika, semangat dan hati-hati di jalan ya,” balas Pak Rian sambil melambaikan tangan.
Ciiiiittttttt...ciiittttttt. Bunyi rem sepeda yang aku tekan. Aku berhenti sejenak karena melihat seorang ibu sibuk mengambil kertas yang terjatuh. “Ibu...ibu, Tika bantu yah” sambil mengambil kertas.
”Wah, terima kasih Nak Tika. Cantik sekali Tika hari ini. Nak Tika kelas berapa?” tanya ibu tersebut. “Tika kelas 5 ibuk. Ibu mau ke mana kok kertasnya jatuh,” jawabku sambil terus membantu mengambil kertas.
“Oh ibu mau mengajar di sekolah alam. Sekolah yang nantinya juga mengenalkan alam bagi siswa-siswinya. Oh ya, nama ibu Tiwi. Salam kenal ya Nak Tika,” sambil tersenyum kepadaku. Rasa penasaranku akhirnya muncul bergegas aku bertanya “Kenapa ibu mau menjadi guru. Bukankah susah ya ibu kalau menjadi guru. Bu Tiwi kembali tersenyum kemudian menjawab “Menjadi guru itu menyenangkan Nak Tika. Kita akan tahu bagaimana lucunya dan semangatnya siswa-siswi ketika belajar. Nak Tika juga bisa memberikan ilmu kepada sesama. Ilmu itu bermanfaat ketika bisa dibagikan”.
Aku sejenak berhenti merapikan kertas, “Kalau ada murid yang nakal Bu, bagaimana? Teman sekelas Tika ada yang nakal juga”. Ibu itu berdiri sambil mengambil kertas yang kupegang dan mengusap rambutku “Nak Tika, tidak ada murid yang nakal. Anak-anak seusia Nak Tika memang sering berekspresi. Nah, sebagai guru kita harus mengarahkan ekspresi itu secara tepat. Nanti pasti akan ada hasil yang baik” sahut Bu Tiwi dengan senyum khas seorang guru.
Aku mendengarkan dengan seksama sambil garuk-garuk kepala. “Kalau begitu apakah Tika berbadan mungil ini bisa menjadi guru Bu? Tika selalu diejek di sekolah,” sambungku dengan manyun. “Nak Tika Tuhan tidak pernah membedakan umatNya. Tidak perlu khawatir Nak Tika. Asal dengan doa, usaha dan tidak putus asa. Nak Tika bisa mencapai cita-cit,” jawab Bu Tiwi bijak. Perkataan ini sama seperti ibuku di rumah dan sepertinya aku ingin menjadi guru.
“Terima kasih Bu Tiwi, Tika mau menjadi guru saja” balasku sambil bergegas naik sepeda. “Semangat ya Nak Tika, tidak perlu merasa minder. Nak Tika pasti bisa. Semangat” ucap Bu Tiwi sambil mengepalkan tangan ke atas.
Aku bergegas mengayuh sepeda ke sekolah. Hari ini adalah giliranku maju ke depan kelas dan menceritakan cita-cita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hari ini aku akan menceritakan cita-citaku sebagai seorang guru. Aku memantapkan hati menjadi guru. Menjadi guru memang susah, tetapi memudahkan. Menjadi guru susah karena harus bertemu berbagai macam siswa, tetapi juga memudahkan karena membuat siswa mampu belajar dengan baik. Hari ini aku ingin menjadi guru. Hari ini Tika ingin berbagi ilmu. Hari ini, Tika si Mungil bercita-cita menjadi guru.


Jumat, 23 Februari 2018

Sakit Gigi

"Aku ingin bercerita....
Bukan tentang Superman yg ngambek musuhnya hilang
Bukan pula tukang ledeng tetangga sebelah yg sudah ganti
Tapi, tentang kehidupanku sebagai manusia yg pernah sakit gigi...."
Begitulah tulisan yang aku cetak di bukuku manakala tatapku sepi tak ada kawan. Ceritaku berawal dari kehidupan yang menurut banyak orang adalah manusiawi.
Perkenalkan namaku ...... . .

Kutipan tersebut merupakan bagian novel yg sedang dalam proses persalinan. Tokohnya sedang peremajaan kulit, jadi sementara tidak mau muncul dalam cerita. Judul novel tertera pada gambar, tapi bisa berubah tergantung saya habis makan apa hehe. Terima kasih kawan dekat dan kawan jauh yg sudah membaca serta memberikan masukan. Saya berdoa semoga besok kita semua dapat shalat Subuh secara gratis dan tidak sakit gigi. Amin



Belajar Bijak lewat Perspektif Systemic Functional Linguistics (SFL) mengenai Bahas a Setelah membaca tulisan saudara Aries Utomo, S...